1.
Sejarah Kulintang
Kolintang
atau kulintang adalah alat musik
yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. Alat musik
ini dimainkan dengan diiringi oleh gong tergantung yang lebih besar dan drum.
Kulintang merupakan bagian dari budaya gong Asia
Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad di Kepulauan
Melayu Timur - Filipina, Indonesia
Timur, Malaysia
Timur, Brunei,
dan Timor.
Alat musik ini berkembang dari tradisi pemberian isyarat sederhana menjadi
bentuk seperti sekarang. Kegunaannya bergantung pada peradaban yang
menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu, Buddha, Islam, Kristen,
dan Barat, Kulintang merupakan tradisi gong yang terus
berkembang.
Alat musik ini dibuat dari kayu
lokal yang ringan namun kuat seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang
mempunyai konstruksi fiber paralel. Nama kolintang berasal dari suaranya: tong
(nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam
bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG" adalah:
" Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata
kolintang.
2.
Kulintang Adat
Komering Ulu
Di daerah Komering Ulu, khususnya di OKU
Timur Kulitang di gunakan sebagai alat musik yang di manfaatkan sebagai musik
di acara adat, baik acara perkawinan, sunatan, menyambut tamu yang disebut
dengan acara adat arak-arakan.
Arak-arakan ini juga mengikut sertakan para
tokoh adat, alim ulama, keluarga dekat yang punya hajat dan bujang gadis serta
di depan barisan kulintang ada para pendekar (pincak silat) yang memperagakan perkelahian.
3.
Arak-arakan
Pernikahan Komering
a. Penjemputan mempelai wanita :
Mempelai Perempuan
berada dirumah kediamannya, lalu dijemput mempelai laki-laki, penjemputan
diketuai oleh Ketua Adat Laki-laki memakai “ Kain Berkincung “ yaitu
pakai celana panjang dilapisi kain setengah tiang, dengan membawa “ Anak
Pengutonan “ (dua buah cupu dengan 2 lampatan berisi rokok daun / garing
nipan dililiti sirih beserta rokok dan korek api), juga ikut serta Tetua Adat
Perempuan membawa “ Tipak “ (berisi sikapur sirih) diiringi oleh Bujang
Gadis.-
Tetua Adat dari pihak
Orang Tua mempelai Laki-laki, kami seluruh rombongan datang kesini tujuan kami
jika sekiranya telah diizinkan, kami akan menjemput mempelai wanita serta kami
mengundang seluruh keluarga besar disini, kami bermaksud seluruh keluarga besar
dan kedua mempelai akan di arak langsung ketempat kediaman rumah mempelai
laki-laki / lokasi upacara peresmian kedua mempelai.-
Tetua Adat dari pihak
Mempelai Wanita menyatakan bahwa tidak ada halangan lagi dipersilahkan untuk
berangkat ketempat lokasi upacara peresmian.-
b.
Arak-arakan
Kedua Mempelai
Laki-laki dan Wanita kalau dizaman dahulu semasa nenek moyang dinaikkan di atas
“ Jepana “ dipikul oleh 8 (delapan) Orang, atau dinaikkan diatas pedati
(gerobak per) ditarik oleh 4 (empat) Orang.-
Tetapi dimasa sekarang
kedua mempelai berjalan kaki beserta dengan rombongan keluarga besar mempelai
wanita, diarak dengan memakai “ Kandang Ralang “ yaitu kain putih
dibentangkan keliling kepada kedua mempelai bersama-sama dengan rombongan
keluarga besar Wanita, dan khusus kedua mempelai “ Aban Lapahú “ (Awan
Berjalan) yaitu kain putih dibentangkan diatas kepala kedua mempelai.
Arak-arakkn ini diiringi oleh Tetabuhan “ Kulintang “ (Gamelan) serta
tari “ Tigol “ (tari tanggai). Dan “ Pencak Silat “.-
Kira-kira ± 20 (dua
puluh) meter dari tempat lokasi upacara maka kedua mempelai disebut oleh kedua
Orang Tua Mempelai Laki-laki dan langsung menuju kepelaminan, kedua mempelai
meniti “ Titian Agung “ yaitu 3 (tiga) lembar tikar dialasi dengan kain putih.-
c.
Acara
resmi :
Serah Terima :
- Kata penyerahan dari pihak Wanita
- Kata penerimaan dari mempelai Laki-laki
d.
Acara
inti :
PEMBERIAN GELAR / ADOK
Menurut Adat Istiadat
Daerah Komering jika sudah selesai Akad Nikah kedua mempelai diberi Gelar /
Adok, sebelum pemberian Gelar / Adok Tetua Adat bemusyawarah dengan Lembaga
Adat Orang Tua serta nenek mempelai Laki-laki, berhubung pemberian Gelar / Adok
ini seharusnya ini mengambil Gelar / Adok dari keturunan nenek.-
Pemberian gelar / adok ada tingkatan
dan urutan yaitu :
Laki-laki Perempuan
1. SUTAN 1. RATU
2. DALOM 2.
BATIN
3. BATIN
4. RADIN
5. MASAGUS
e.
Pemberian
gelar / adok perlu disiapkan
1
(satu) Tipak (Sikapur Sirih).
3
(tiga) Orang untuk pelaksanaan Pisaan (Gayung Bersambut)
1
(satu) Gung.
1
(satu) Orang memukul Gung untuk mengumumkan Gelar / Adok
1
(satu) Orang untuk mengumumkan Piagam Gelar.
Seperangkat
Tetabuhan Kulintang (Gamelan).
Pelaksanaan
pemberian gelar /adok sebagai berikut :
1 (satu) Orang pemandu Acara langsung
menyerahkan Tipak (Sikapur Sirih).
“ SIKAPUR SIRIH “
1. Sikapur sirih kami sampaikan
Mohon izin kepada rombongan besan
Pemberian gelar dilaksanakan
Kata berjawab bersahut-shutan
2. Pemberian gelar segera dilaksanakan
Kata berjawab bersahut-sahutan
Mohon izin kepada seluruh undangan
Kami bawa acara ini dengan pisaan
1.
|
Tiyong
tangguh ya ja pun
Bismillah
pangkal cawa,
Tangguh
sai dirami,
Undangan
sai wat dija
Sikampun
paramisi,
|
2.
|
Tiyong
muloh tangguh ya ja pun
Undangan
sai wat di ja,
Sikam pun para
misi,
Ma’af alim
pura,
Nimbulkan
adat asli,
|
3.
|
Tiyong
muloh tangguh ya ja pun
kumering
lampung mak bida,
Sangun
sanga turunan,
Ngadok kok
tiyan ruwa,
Sikam kilu
kesempatan,
|
1.
|
Nerima
tangguh ya ja pun
Tangguh
pun kok nerima,
Sikam pun
mewakili,
Api haga
acara,
Gusti pun
diatori
|
2.
|
Nerima
tangguh ya ja pun,
Lilin wat
ulah ganta,
Nimbulkon
adat asli,
Kumering
ulu hususna,
Sinangun
ya tradisi,
|
3.
|
Nerima
tangguh ya ja pun,
Haga
ngadok kok nerima,
Wakil jak
pangkal gawi,
Ngadok kok
tiyan ruwa,
Gantapun
diatori,
|
1.
|
Tiyong
adok ya ja pun
Mangku
perwira negara,
jak pai ja
|
|
Saksi kita
sai rami,
Mak milih
suku bangsa,
Tulung pun
cagak gusti,
|
II.
|
Tiyong
adok ya ja pun,
Inton
ratu asli,
Saksi para
undangan,
Wah wah
jak matarani,
Mak kena
lindung bulan.
|
1.
|
Nerima
adok ya ja pun
Mangku
perwira negara,
jak pai ja
|
|
Saksi kita
sai rami,
Mak milih
suku bangsa,
Tulung pun
cagak gusti,
|
II.
|
Tiyong
adok ya ja pun,
Inton
ratu asli,
Saksi para
undangan,
Wah wah
jak matarani,
Mak kena
lindung bulan.
|
|
Gung-gung-gung : susi martini, s.sos.
Gelar : inton
ratu
|
-
|
Habis
bantang ya ja pun,
Bak ngadok
pun kok radu,
Maklum wat
ku sisipan,
Kikurang
walau pun liyu,
Ngator pun
ku ma’afan
|
-
|
Nerima
bentantg ya ja pun,
Bak ngadok
kok nerima,
Gusti pun
berpenghalu,
Pusaka mak
pandai bela,
Titurun di
anak umpu.
|
f.
Tari
Sabai :
Mata rantai dari
pemberian Gelar / Adok adalah : dilaksanakan “ TARI SABAI “ diiringi tetabuhan kulintang
(gamelan).-
-
Mempelai
Laki-laki NGIPAS dari belakang ke dua Orang Tua mempelai Wanita.
-
Mempelai
Wanita NGIPAS dari belakang ke dua Orang Tua mempelai Laki-laki.-
Sebelum TARI SABAI dimulai, terlebih
dahulu diadakan :
“ PISAAN PENGANTAR “
1. Sekam puhun se buai,
Sikampun paramisi,
Acara tari sabai,
Sinagun yo tradisi,
2. Lain ulah ni pandai,
Tanda sikam muari,
Ganta yo tari sabai,
Kok haga timulai.
Kemudian Penutup Tari Sabai
dilantunkan Pisaan Serah Terima :
PENYERAHAN
DARI MEMPELAI WANITA
1.
Serah
yo aji biduk,
Iring
pengayuh cawa,
Guwai
gusti do bentuk,
Sikam
ngenjuk bengkalang,
2.
Tabik
sada rik sabai,
Serah
sirih pengatu,
Sanak yo
lagi manja,
Mangku
wat teduh halu,
3.
Ngaji
jak pangkal alif,
Bulajar
besenjata,
Susunan
tata tertib,
Segala lagi
mudah.
PENERIMAAN
DARI MEMPELAI LAKI-LAKI
1.
Gusti
ngenjuk bengkalang,
Sikampun
kok nerima,
Dang
guwai bu ginalang,
Ram
tepa jama-jama,
2.
Makmuneh
tikahada,
Empai
bebalin jaman,
Bak
ulah sanak manja,
Kita
pun si makluman,
3.
Bak
ulah besenjata,
Tegor
lajar kok pasti,
Guna
kita sai tuha,
Jama-jama
mimpin ni,
Acara “ Tari Sabai “ selesailah
sudah, maka ditutup dengan do’a selamat.
Demikianlah
Kulintang digunakan pada acara Akad Nikah, mulai penjemputan serta Arak-arakan
dan pemberian Gelar / Adok langsung Tari Sabai, Adat Istiadat Daerah Komering,
mulai dari Desa Muncak Kabau Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja Kab. OKU Timur
sampai Desa Tekana Kecamatan Buay Pemaca kabupaten OKU Selatan.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar