suku komering

Dokumen Adat yang ada dihadapan Bapak/Ibu, Kanda/Yunda, Saudara/i. kami sadar bahwa sangatlah jauh dari ideal atau yang diharapkan, tetapi niatan kami untuk berikhtiar mengumpulkan data-data dari beberapa tokoh Adat yang ada di 4 (empat) Eks. Marga di OKU Timur yaitu Marga Bunga Mayang, Marga Paku Sengkunyit, Marga Buay Pemuka Peliung dan Marga Buay Pemuka Bangsa Raja untuk memberikan gambaran dan Penjelasan tentang Prosesi adat Lengkap Eks. Kewedaan Komering Ulu Khususnya 4 (Empat) Marga diatas.

Dokumentasi ini merupakan salah satu bukti sejarah peradaban Anak Bangsa yang sudah turun temurun mewariskan Tradisi Budaya Leluhur dari Generasi Awal turun dari Pesagi (Skala Brak) sampai sekarang. Warisan adat leluhur tersebut berupa Tata cara Pernikahan, Seni Budaya Kulintang, Pemberian Adok (Gelar Adat), Pisa’an, Andi – andi, Tari – tarian dan lagu – lagu.

Rabu, 19 Maret 2014

Adat Perkawinan dalam Marga Buay Pemuka Peliung



1      Rasan Tua (adat terang).
Orang tua laki-laki perempuan menghadap orang tua perempuan menyatakan hasratnya dengan sopan santun membawa satu sani (satu baki) dodol atau wajik.
Nerangko Pengatu.
Orang tua bujang membuat juadah dodol dan wajik 3 baka mewakilkan Penggawa Kampungnya untuk menghadap orang tua gadis yang diwakili oleh penggawa kampung itu.
Neranjak.
Orang tua bujang membuat 5 baki dodol dan wajik menyuruh orang kampungnya untuk menghadap orang tua gadis yang dihadiri oleh penduduk kampungnya untuk melayani kedatangan rombongan bujang tadi.
Kilu Kasih (mintak keputusan).
Orang tua bujang membuat 7 baki (sani) dodol dan wajik diiringi orang banyak menghadap kepada keluarga besar serta seluruh famili gadis.
Biasanya keputusan ini dinyatakan orang tua gadis setelah 2 atau 3 hari kemudian, oleh pribadi masing-masing kenyataannya akhir-akhir ini diputuskan waktu pertemuan itu juga baik mengenai waktu perkawinan dan cara pelaksanaan serta uang jujur yang diminta.
Nyungsung Penganten
Setelah hari perkawinan diresmokan, setelah pihak penganten peria menyiapkan apa-apa yang telah menjadi keputusan itu serta menyediakan 12 baka juadah (6 dodol dan 6 wajik), 2 dulang beras serta 2 telor itik tiap-tiap dulang, dua dulang ketan juga pakai telor itik, 1 dulang berisi sirih pinang, 2 atau lebih kelapa yang telah dicukur serta dihiasi (diteraju), 1 dulang berisi seperangkatan pakaian penganten perempuan serta 1 dulang kecil tempat uang jujur yang telah ditetapkan serta 1 tepak (kalau ada tepak mas atau tepak perak), ditutup dengan kain putih untuk pembicara yang akan diserahkannya paa pembicara sebelah penganten perempuan. Mulai dari nerangko pengatu s/d kilu kasih harus juga pakai satu dulang beradan satu dulang ketan diantara satu butir telor.
2.    Semenda (diambil anak).
     a. Semenda lepas seumur hidup.
          Kalau seorang ayah tidak mempunyai anak laki-laki maka anaknya perempuan diambilkannya untuk selama-lamanya.
     b. Semenda Ngandam
          seorang ayah mempunyai seorang anak perempuan telah dewasa sedang anaknya laki-laki masih kecil, maka anaknya perempuan itu diambilkannya seorang bujang yang harus tinggal dengan dia sampai anaknya laki-laki tadi kawin.
     c. Tangkap Batin (diluar kesukaan orang tua).
          Seorang bujang dan seorang gadis sama-sama naik rumah pemerintah setempat mintak dikawinkan.
3.    Sebambangan atau Bergubalan
Bujang dan gadias sama-sama melarikan diri, diantaranya ada yang sampai keluar pulau seperti ketanah jawa mereka pulang setelah kawin.
Kenduri menurut Adat Lampung.
Seperti yang telah saya uraikan diatas, mulai dari INJAK RAJA ADAT sampai kepada INJAK SUKU begitulah dilakukan dalam marga ini.
Menurut hasil pertanyaan saya kepada almarhum Kiai Said Zubair dusun Adumanis dan almarhum Haji Habibullah dusun Menanga Besar bahwa Semendawai Suku I sampai Semendawai SUku III berasal keturunan dari, 1. Sekala Berak, 2. Bugis dan 3. Arab.
Marga-marga yang lain di-komering Ulu berasal bahagian terbesar berasal dari daerah Sekala Berak.
Marga Bungamayang dan dusun Jagaraga banyak berasal dari marga Aji. (Muaradua).
Bangsa Bugis banyak di-dusun Gunung Batu dan Campang Tiga.

Dalam sejarah ini tentulah banyak terdapat lebih atau kurang dari yang sebenarnya namun sebagai basis, inilah hasil yang saya dapat dari orang-orang tua yang waktu saya masih muda, yang sekarang semua beliau-beliau itu telah lama pulang kerahmatulloh.
Sebagai penutup penuh harapan saya kepada angkatan muda yang menyalin sejarah ini, agar dapat mencurahkan perhatiannya dalam meneliti kekurangan-kekurangan atau kejanggalan-kejanggalan baik dalam susunan kalimat-kalimatnya atau susunan kata-katanya supaya sejarah ini lebih sempurna untuk dipusakai oleh putra / putri daerah komering ulu.
Setahu saya sejarah yang lebih lengkap dari ini tidak dapat digali lagi lebih mendetil kecuali oleh yang pendidikannya / tugasnya khusus untuk itu, sebab sangat sedikit bukti-bukti yang masih ada. Selainnya telah hilang/habis berhubung lamanya disimpan atau terbakar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar