Kawin atau menyunat anak harus
kenduri sesuai dengan Adat orang itu. kalu belum ada kenduri penganten
laki-laki perempuan belum boleh diberi gelaran, serta adat orang itu di-schort
selama ia belum memenuhi kewajibannya. Kalau kematian juga membayar harga
adatnya kepada Raja adat dan uang ini dibagi kepada keluarga adat. Menurut adat
anak orang ada adat Lampung harus kawin dengan anak orang yang setingkat dengan
adatnya serta musti kenduri.
Inilah yang menyebabkan zaman dahulu
itu bujang atau gadis sampai tua banyak yang tidak kawin dan inilah pula yang
menyebabkan orang-orang banyak belahan, umpama si-A mau mendapat mantu tetapi
onskos tidak ada, ia pergi ke-kisam pinjam 1000 uang dulu, sesudah sehari
perkawinan anaknya maka si-A seberanak pergi ke-kisam membuatkan orang yang
punya uang kebun kopi seperti 2000 batang dalam jangka 4 tahun misalnya.
Anak gadis dengan anak bujang tunggal
kampung tidak berpacar-pacaran apalagi mau kawin, kalau kejadian juga maka
kedua belah pehak membasuh kampung dengan didenda memotong seekor kambing,
untuk mengundang penduduk kampung itu. begitu pula kalau ada bujang dari dusun
lain, tinggal menumpang pada salah satu rumah pada suatu kampung dalam dusun
itu harus mematuhi peraturan ini.
Adat Perkawinan dalam Marga Buay
Pemuka Peliung,-
1
Rasan
Tua (adat terang).
Orang
tua laki-laki perempuan menghadap orang tua perempuan menyatakan hasratnya
dengan sopan santun membawa satu sani (satu baki) dodol atau wajik.
Nerangko
Pengatu.
Orang
tua bujang membuat juadah dodol dan wajik 3 baka mewakilkan Penggawa Kampungnya
untuk menghadap orang tua gadis yang diwakili oleh penggawa kampung itu.
Neranjak.
Orang
tua bujang membuat 5 baki dodol dan wajik menyuruh orang kampungnya untuk
menghadap orang tua gadis yang dihadiri oleh penduduk kampungnya untuk melayani
kedatangan rombongan bujang tadi.
Kilu
Kasih (mintak keputusan).
Orang
tua bujang membuat 7 baki (sani) dodol dan wajik diiringi orang banyak
menghadap kepada keluarga besar serta seluruh famili gadis.
Biasanya
keputusan ini dinyatakan orang tua gadis setelah 2 atau 3 hari kemudian, oleh
pribadi masing-masing kenyataannya akhir-akhir ini diputuskan waktu pertemuan
itu juga baik mengenai waktu perkawinan dan cara pelaksanaan serta uang jujur
yang diminta.
Nyungsung
Penganten
Setelah
hari perkawinan diresmokan, setelah pihak penganten peria menyiapkan apa-apa
yang telah menjadi keputusan itu serta menyediakan 12 baka juadah (6 dodol dan
6 wajik), 2 dulang beras serta 2 telor itik tiap-tiap dulang, dua dulang ketan
juga pakai telor itik, 1 dulang berisi sirih pinang, 2 atau lebih kelapa yang
telah dicukur serta dihiasi (diteraju), 1 dulang berisi seperangkatan pakaian
penganten perempuan serta 1 dulang kecil tempat uang jujur yang telah
ditetapkan serta 1 tepak (kalau ada tepak mas atau tepak perak), ditutup dengan
kain putih untuk pembicara yang akan diserahkannya paa pembicara sebelah
penganten perempuan. Mulai dari nerangko pengatu s/d kilu kasih harus juga
pakai satu dulang beradan satu dulang ketan diantara satu butir telor.
2.
Semenda
(diambil anak).
a.
Semenda lepas seumur hidup.
Kalau
seorang ayah tidak mempunyai anak laki-laki maka anaknya perempuan
diambilkannya untuk selama-lamanya.
b. Semenda Ngandam
seorang ayah mempunyai seorang anak
perempuan telah dewasa sedang anaknya laki-laki masih kecil, maka anaknya
perempuan itu diambilkannya seorang bujang yang harus tinggal dengan dia sampai
anaknya laki-laki tadi kawin.
c. Tangkap Batin (diluar kesukaan orang
tua).
Seorang bujang dan seorang gadis
sama-sama naik rumah pemerintah setempat mintak dikawinkan.
3.
Sebambangan
atau Bergubalan
Bujang
dan gadias sama-sama melarikan diri, diantaranya ada yang sampai keluar pulau
seperti ketanah jawa mereka pulang setelah kawin.
Kenduri menurut Adat Lampung.
Seperti yang telah saya uraikan diatas,
mulai dari INJAK RAJA ADAT sampai kepada INJAK SUKU begitulah dilakukan dalam
marga ini.
Juga Pangeran Umpuan Ratu
diberi Sri Sultan “ADAT LAMPUNG” yang susunanya seperti dibawah ini :
1
Raja
adat (Pasirah adat), kalau waktu kenduri besar pakainya, semua putih, pakaian
selendang putih, pakain punduk emas, kepala (hulu) keris itu dibungkus dengan
sapu tangan putih. Dalam upacara pakai kandang ralang jelema (orang banyak
berbaris keliling kedua belah tangan dibentangkan dan ujung jari tangan
bersambung dengan unjung jari teman, sehingga merupakan lingkaran besar.
Jempama jelema yaitu dua orang laki-laki yang brpakaian setengah tiang, pakai
ikat kepala (destar), tangan kanan masing-masingnya memegangsiku tangan kiri,
ujumng jari tangan kiri masing-masing memegang siku kawannya merupakan usungan
bagi raja adapt itu pakai 12 tombak (linggis) dan 12 pedang (6 sebelah kiri dan
6 sebelah kanan), pakai paying kuning (payung adat), tiap-tiap kenduri besar
istimewa mengantenkan payung ini jangan ketinggalan, gamelan jarang, gajah
merom. Pada malam canggot agung (istilah sekarang malam resepsi) Raja adapt ini
duduk ditengah-tengah balai dihadapi para tetamu. Ia atau anaknya menari pakai
12 pedang 12 linggis dicabut mengapit dari kiri kanan serta pakai payung
kuning, menari diatas kepala jelema (satu orang disuruh mengguling dihadapan
Raja Adat itu menari diselimuti dengan dasar putih setelah selesai menari
lembar kain putih milik orang itu (sebagai upah). Selesai Raja Adat menari
barulah tari Sabai (tari besan) yang didahului dengan pisaan-pisaan yang
tujuannya besan pehak perempuan menyerahkan anaknya kepada besan pehak
laki-laki dan sebaliknya.
Setelah
tari-tarian besan barulah pemberian gelar kepada kedua mempelai itu. kalau yang
kawin itu anak Raja Adat ia bebas memilih gelar umpama yang berpangkal, Dalom,
Ratu, Sutan atau Raden.
Sepanjang adapt Lampung anak Raja Adat
harus kawin dengan anak Raja Adat, yang jujurnya 24 ratus uang dulu apabila
anaknya kawin dengan anak bawahannya Raja Adat harus membersihkan kedudukannya,
yaitu memotong kerbau disaksikan oleh 4 Raja Adat dari daerah lain menjadi 5
Raja Adat (lima sumbai) barulah syah.
1. Pampang
penyambuk (Pembarob Adat).
Pakaiannya
seperti pakai Raja Adat. Dalam upacara pakai lelurung buntu sekayu kain putih
dibentang mengelilinginya, senjata 6 pedang dan 6 tombak, jempana putih mulus
tidak pakai payung kuning, gamelan seperti Raja Adat. Dalam perkawinan jujur 12
ratus uang dulu, dibalai disamping kanan Raja Adat.
2. Pangkat
Proatin Adat.
Dalam upacara pakai kopiah pandan putih,
pakai selendang mayang dari kemban berambu putih, tidak pakai baju jempana
liplip cendai putih. Tabuhannya gamelang ramik (biasa) dari seluruh gamelan.
Dalam perkawinan jujr 600 uang dulu.
Dibalai duduk disebelah kiri Pampang (Raja Adat).
1
Injak
Sanak Pengarop,
Dalam upacara, kopiah dililit pandan, tidak
pakai baju, selendang kain cindai, gamelan ramik (semua tabuhan dibunyikan).
Dalam perkawinan jujur 240 uang dulu
1
Injak
Suku,
Dalam upacara kopiah pakai pandan,
selendang kain cindai, tidak pakai baju, tidak pakai cempana (jalan kaki,
gamelan kelintang arak-arak (kelintang satu) ditabuh kerap / rapat.
Tiap-tiap penduduk Pulaunegara
mengadakan kenduri besar seperti hari perkawinan atau yang sipatnya resmi
seperti pelantikan Kepala Marga atau lain-lain diadakan letupan senapang
kecepek tanpa pelor, demikian pula meriam kecil pusaka dari Puyang Umpuan Ratu
yang disebut dalam sejarah ini selalu diletupkan juga tampa pelor, biasanya
tiap-tiap meriam kecil itu diletupkan sekurang-kurangnya timbul gerimis kecil.
Raja Adat boleh menjual adat kependuduk asli dalam marganya asal saja orang itu
sanggup mentaati aturan-aturan adat, ia harus membayar harga adapt yang
dimintanya seperti pada no.2 s/d no.5. raja Adat harus meresmikan kepada
seluruh anggota (keluarga) adapt dalam marga itu dan membayar uangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar